Kamis, 19 April 2012

Persepsi dalam Komunikasi Interpersonal



Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi yang tertangkap oleh alat indera. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (partner komunikasi), yang berupa pesan non verbal maupun verbal. Persepsi memiliki peran yang sangat penting karena keberhasilan komunikasi tergantung kecermatan dalam mempersepsi stimuli inderawi sehingga bisa dikatakan bahwa persepsi adalah inti komunikasi.
Sensasi adalah proses menangkap stimuli, selanjutnya agar stimuli itu memiliki makna, pikiran dan perasaan kita melakukan persepsi. Semua penafsiran (mengenai suasana lingkungan, gambar, perilaku orang lain, benda) kita memiliki basis yang sama yakni berdasarkan proses persepsi.
            Manusia memiliki lima (panca) indera bahkan ada yang mengatakan enam yaitu “insting, naluri, nurani”. Semua indera tersebut bekerja secara otomatis. Tanpa di perintah, artinya ketika kita berhadapan sesuatu, terjadi suatu hal maka indera kita segera bekerja mempersepsikan apa yang baru saja terjadi.
            Mempersepsikan sesuatu memang tidak mudah, misalnya saja mempersepsikan seseorang, ketika acara tes wawancara penerimaan pegawai sering terjadi penilaian peserta tes dalam kesimpulan yang berbeda oleh para pewawancaranya, ada yang menominasikan A, ada yang menominasikan yang B, dan seterusnya. Persepsi kita terhadap orang lain seringkali terikat konteks, dengan demikian persepsi dapat bisa, dapat keliru.
            Kadang-kadang kita dihadapkan pada fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan di persepsi oleh orang lain misalnya perempuan berusia 60 tahun menyemir rambutnya dan memasang gigi palsu untuk menutupi gigi yang sudah tanggal maka persepsi akan tergiring dengan simpulan bahwa perempuan itu berumur kurang dari 60 tahun atau lebih muda.
            Persepsi menghasilkan makna. Kita tahu bahwa pesan itu terdiri symbol-simbol atau isyarat-isyarat yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul, jika kita mempersepsi dan menafsirkan symbol tersebut.
Contohnya adalah saat lelaki mempersepsi seorang perempuan. Apakah makna kesembilan huruf ini bagi kita? Baiklah, mungkin Anda sepakat bahwa perempuan, itu bermakna sebagai jenis kelamin. Apakah makna sepeda perempuan, kamar mandi perempuan, bibir perempuan? Bagaimana kalau tambah satu kata di belakang kata perempuan: perempuan malam, peempuan murahan, perempuan besi. Silakan dipersepsi, bukankah Anda menemukan makna yang berbeda-beda? Kalau Anda seorang laki-laki kemudian teman Anda mengatakan bahwa Anda seperti perempuan, apa maknanya? Bagaimana respon Anda?
Suatu waktu ada truk pasir dan di belakangnya tertulis persepsi sang pemilik truk yang diungkapkan dalam bahasa jawa, “wong wedok gawe bobrok liyane simbok”. Artinya kurang lebih: perempuan pembawa kehancuran, selain ibu. Jadi ungkapan itu merupakan ekspresi kejengkelan kepada poerempuan. Tetapi tidak sedikit laki-laki yang sangat tergantung kepada perempuan, seperti tersirat dalam syair lagu jawa: “walang kekek mencok neng tenggok, mabur meneh mencok neng kali. Aja ngenyek marang wong wedok, yen ditinggal lunga setengah mati.” Maknanya adalah, sebagai peringatan kepada para lelaki, jangan menyepelekan perempuan, kalau ditinggal pergi, rasanya setengah mati. Jadi dengan contoh ini mengindikasikan, bahwa di mata para lelaki, perempuan itu memiliki makna yang berbeda-beda.
Ketika melakukan persepsi terhadap orang lain, yang kita perlukan adalah kecermatan. Harapannya adalah agar kita dapat mengerti dan memahami orang itu secara benar. Kalau persepsi kita benar, maka hal ini menjadi modal yang penting untuk keberhasilan komunikasi interpersonal.
Indera manusia menangkap stimuli (melakukan sensasi), kemudian stimuli itu dipersepsi sehingga menghasilkan makna. Kalau makna yang dihasilkan benar, maka akan mendukung keberhasilan proses komunikasi. Dengan kata lain, kendala komunikasi dapat berawal dari kekeliruan memberi makna dalam persepsi tersebut.
Dua Jenis Filter
Kemampuan kita untuk menyerap stimuli dengan inderawi terbatas, sehingga kita tidak mungkin dapat mengumpulkan seluruh informasi tentang karakteristik orang lain secara lengkap. Kita mempunyai minat yang berbeda-beda, sehingga yang memperoleh perhatian inderawi juga hanya sesuatu yang kita minati.
Stimuli yang kadang-kadang penting, tidak kita perhatikan karena kita tidak berminat. Misalnya saja kita sedang membaca koran, pada saat yang sama banyak stimuli yang menerpa seperti: anak kita sedang bertengkar, seorang tetangga sedang lewat di depan rumah, televisi menyiarkan berita. Namun perhatian kita hanya terkonsentrasi  pada membaca koran. Stimuli lain diabaikan. Dengan demikian setiap orang hanya memperhatikan sebagian dari stimuli yang tersedia sekaligus mengabaikan stimuli lainnya dengan memanfaatkan filter. Ada dua jenis filter yang dilalui semua masukan atau sensasi: filter fisiologis dan filter psikologis.
Filter fisiologis menunjuk pada kondisi di mana perhatian kita hanya tertuju kepada hal-hal yang menarik indera kita, dalam menangkap objek secara fisik. Penglihatan hanya terfokus memperhatikan yang nampak indah. Pendengaran hanya akrab dengan suara yang lembut, dan sebagainya. Sedangkan filter  psikologis akan membatasi perhatian kita terhadap stimuli yang berkenan dengan pertimbangan psikologis kita, misalnya kita lebih memperhatikan orang yang senasib dengan kita saja.
Gunung Es Karakter Manusia
Karakteristik manusia dapat dikatakan sebagai suatu misteri. Karena sebagian karakter itu ada yang tidak dapat ditangkap dengan indera. Seperti gunung es, yang kelihatan hanya sedikit, sedang tidak kelihatan karena berada di dalam air laut sangat banyak.
Bongkahan gunung es memiliki enam sampai tujuh kali massa di bawah permukaan air lebih banyak daripada di atas. Namun jika kita melihat pada gung es, kita tidak segera menyadari bagian yang tersembunyi. Jika kita mengubah bagian atas dengan memilah segumpal, guning es akan menyesuaikan posisinya di air, dan kemungkinannya adalah beberapa bagian lain akan muncul. Ini sama dengan perilaku dan karakteristik manusia.
Apabila kita ingin mempersepsi orang lain, maka kita akan menghadapi kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat penampilan luarnya saja: pakaiannya, aksesoris, dan fisiknya. Kita hanya mendengar yang diucapkannya, padahal ada pepatah “lain di mulut lain di hati”. Jadi menafsirkan perilaku orang lain itu, seperti halnya kita menghadapi gunung es, bahwa hal yang kelihatan dari orang lain itu relatif lebih sedikit dibandingkan denga hal hal yang tidak kelihatan. Hal yang kelihatan tersebut antara lain: pakaian, aksesoris, dandanan, potongan rambut, bahasa, postur tubuh, apa yang diucapkan, apa yang dilakukan. Hal yang tidak kelihatan sangat banyak: harapan, norma, stratifikasi, keyakinan, motivasi, moralitas, keberhasilan, kepuasan, dan sebagainya.
Mempersepsi karakteristik seseorang akan berhadapan dengan aspek fisik dan mental, lahiriah dan batiniah, jasmani dan rohani, sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan. Oleh karena itu mempersepsi orang jauh lebih sulit daripada mempersepsi objek (benda).
Mempersepsi objek
Mempersepsi manusia
Stimuli ditangkap oleh indera
Tidak seluruh stimuli dapat ditangkap oleh indera
Hanya menanggapai sifat-sifat luarnya saja
Harus memahami apa yang tidak tampak dan tidak tertangkap oleh indera
Ketika ditafsir, objek diam (tidak bereaksi)
Bereaksi secara dinamis ketika ditafsirkan. Reaksi itu dapat mengelabui dan membelokkan ketepatan dan kecermatan persepsi

Teori Belajar Behavioristik



 Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari  lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut:
1.      Hukum kesiapan (law of readliness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2.      Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
3.      Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:
a.         Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response). Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjuk adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b.        Hukum Sikap (Set/Attitude). Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
c.         Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element). Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
d.        Hukum Respon by Analogy. Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama/identik, maka transfer akan makin mudah.
e.         Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting), hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian teorinya Thordike mengemukakan revisi hukum belajar antara lain:
1.      Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan  stimulus respon belum tentu diperlemah.
2.      Hukum akibat revisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
3.      Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.
4.      Akibat suatu perbuatan dapat menular (spread of effect) baik pada bidang lain maupun pada individu lain.

Apa-Apaan Comunity

Sahabat sejati tak akan pernah mati
Sahabat sejati selalu ada kapan saja
Dalam kondisi senang maupun susah

Rabu, 18 April 2012

EKSISTENSI PROFESI SEKRETARIS


A.    Pendahuluan
                Keberadaan suatu unit kerja, organisasi pemerintah maupun swasta, dalam rangka mencapai tujuannya pada dasarnya menjadi tanggungjawab pimpinan organisasi yang bersangkutan. Perlu disadari bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur penentu. Salah satu unsur yang memegang peranan penting adalah unsur anggota organisasi yang meliputi unsur pimpinan tertinggi, menengah , bawah sampai tenaga pelaksana. Dari sekian banyak unsur anggota organisasi yang diharapkan menjadi penyumbang jasa terbaik, terdapat satu profesi yaitu sekretaris. Sejauh mana peran keberadaan sekretaris, antara lain akan dapat diketahui dari ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggungjawabnya.
            Mulanya, sekretaris melaksanakan tugas-tugas administratif terbatas seperti mengetik, menata arsip dan resepsionis. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, disaat tugas pimpinan semakin kompleks, berangsur meningkat pulalah tuntutan kemampuan kerja bagi seorang sekretaris. Sekretaris yang kini sudah diakui sebagai profesi, diharapkan mampu sebagai asisten administratif manajer atau pimpinannya. Selanjutnya, keberadaan sekretaris tidak terbatas menangani kesekretariatan, melainkan memungkinkan berperan sebagai pemimpin dalam kelompoknya, bahkan memimpin unit kerja sekretariat. Keberadaan sekretaris   kadang-kadang muncul persepsi yang berbeda-beda, namun kenyataannya sekretaris sudah diakui sebagai profesi.
           

B.     Pembahasan
            Jabatan sekretaris merupakan jabatan profesional yang bisa dikembangkan. Pekerjaannya membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus yang diperoleh dengan mengikuti jenjang pendidikan secara formal. (Rosidah, 2005,11).
Keterampilan-keterampilan khusus yang diperoleh pada pendidikan formal di antaranya (akunting, pemrosesan informasi, mengetik, menyimpan arsip, dan stenografi) merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang yang berprofesi sebagai sekretaris. Pendidikan sekretaris saat ini merupakan salah satu jenis pendidikan bisnis, maksudnya dapat berbentuk pendidikan setingkat college maupun diploma dengan bentuk pendudikan vokasional.
Pendidikan vokasional dalam bidang pendidikan bisnis merupakan jenis pendidikan untuk menghasilkan tenaga administratif, salah satunya adalah sekretaris. Perkembangan pendidikan vokasional jenis pendidikan bisnis di beberapa negara maju  saat ini memberikan keterampilan kepada para peserta didiknya beberapa pengetahuan dan keterampilan.
            Pendidikan formal saja masih dirasa kurang cukup memperkaya pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan perkantoran dan memimpin anak buahnya dalam bekerja. Untuk itu seorang sekretaris harus memiliki pengalaman yang memadai sehingga sekretaris menjadi lebih arif dalam menjalankan perannya tersebut. (Rosidah, 2005,11).
            Profesi sekretaris merupakan profesi yang menyenangkan karena mereka bekerja di kantor dengan ruangan yang nyaman dan ber AC, dari segi penampilan pun seorang sekretaris dituntut untuk berpakaian yang rapi serta menarik sehingga indah dipandang mata. Masyarakat sering beranggapan bahwa sekretaris merupakan pekerjaan yang hanya berkutat dengan urusan mengetik tetapi sebenarnya banyak keahlian dan keterampulan lainnya yang harus dimiliki oleh seorang sekretaris. Agar masyarakat tidak terus menerus menganggap demikian, sebaiknya sekretaris sendirilah yang harus menepisnya. Mereka harus bisa membuktikan kinerjanya bahwa mereka bisa memberikan kontribusi yang nyata untuk perusahaannya.
            Jalan untuk menjadi seorang sekretaris tidaklah mudah, semuanya harus dimulai dari bawah. Ada pengaruh nasib dan keberuntungan, tetapi sebenarnya yang sangat berpengaruh adalah kemampuannya dan juga tergantung pada individu masing-masing dalam mempersiapkan masa depan mereka. Berbagai tahapan harus dilalui seorang sekretaris untuk menjadi profesional. Awalnya mereka harus menjadi sekretaris yunior, sekretaris senior kemudian mungkin bisa naik lagi menjadi seorang general manager. Semua tahapan itu akan menambah pengalaman dan juga keterampilan seseorang untuk lebih meningkatkan kinerja yang selanjutnya,
            Untuk mencapai puncak karirnya, seorang sekretaris harus memiliki latar belakang pendidikan khususnya di bidang kesekretariatan. Hal tersebut merupakan syarat utama untuk bekerja menjadi  sekretaris. Untuk menunjang keterampilan, rasanya masih diperlukan kursus tertentu. Juga bisa ditambah dengan mengikuti seminar-seminar kesekretariatan, ataupun bergabung dengan ikatan sekretaris Indonesia.
            Dalam mengembangkan karirnya, seorang sekretaris harus memiliki dedikasi yang tinggi. Mereka harus memiliki kesadaran bahwa tanggung jawabnya lebih besar justru saat pimpinan sedang tidak ada di tempat. Karena ia harus mempelajari materi yang sedang ditangani pimpinan. Dedikasinya sangat penting sehingga tugas apapun yang dilimpahkan bisa dikerjakan dengan baik.
            Komunikasi dengan pimpinan juga sangat penting, harus terjadi komunikasi dua arah. Contohnya dalam berdiskusi dengan pimpinan, kemudian pimpinan akan memberikan pengarahan yang berhubungan dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka harus bisa terbuka dengan saran dan kritik, baik itu sekretaris maupun pimpinan. Sehingga kan selalu ada perbaikan untuk kinerja yang selanjutnya.
            Bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang sekretaris membutuhkan kemandirian yang besar. Misalnya membetulkan printer yang rusak sesuai dengan kemampuannya. Kemudian seorang sekretaris yang ingin sukses dalam bekerja dan bisa menikmati pekerjaannya, mereka harus mempunyai relasi personal antara dirinya dengan pekerjaannya, mereka harus mempunyai chemistry. Hal tersebut akan menambah semangat dalam bekerja, dan mereka harus bisa menghargai pekerjaannya.
            Sekretaris yang baik dituntut mampu berpikir kritis dan bertindak secara profesional. Profesional di sini maksudnya adalah bekerja dengan sungguh-sungguh sebagaimana yang dituntut dalam job descriptionnya. Seorang sekretaris mampu berpikir kritis jika mereka memiliki pengetahuan yang luas, baik dalam bidang kesekretariatan maupun dalam bidang lain yang masih berkaitan dengan profesinya maupun pengetahuan umum lainnya.
            Sejauhmana tugas sekretaris secara formal tergantung pada job/wewenang yang diberikan oleh pimpinannya. Dalam pelaksanaannya, pekerjaan tersebut akan berkembang dan banyak hal yang saling berkaitan. Seorang sekretaris harus bisa menjalankan tugas dengan berbagai keterampilan. Misalnya tugas seorang sekretaris dalam membuat surat, tentang cara membuat surat yang baik, bahasa yang baik dan benar seperti apa, sekretaris juga harus memiliki pengetahuan serta mampu mengoperasikan mesin ketik maupun komputer.
            Tugas sekretaris tidak lepas dari bagian tugas pimpinan. Ada kalanya pimpinan mengundang bawahan untuk menyelenggarakan suatu rapat, tetapi dalam waktu yang bersamaan mendadak pimpinan mendapat tugas lain yang lebh penting. Dengan kondisi yang seperti itu maka terpaksa pimpinan mengalihkan tugas kepada sekretarisnya. Kondisi tersebut memaksa sekretaris untuk mampu melakukan komunikasi lisan dan keterampilan berpresentasi.
            Presentasi tidak hanya pada saat rapat, tapi bisa juga pada kesempatan yang lain, misalnya saat berpidato, menjadi pembawa acara, serta nara sumber dalam seminar. Agar sekretaris mempunyai nilai lebih bagi pimpinannya, tidak salah jika keahlian itu juga dikuasainya.
            Sukses tidaknya seorang sekretaris tidak saja ditentukan oleh keterampilan dalam melakukan pekerjaannya tetapi ditentukan pula kerjasama dengan pimpinan. Agar dapat berperan bagi pimpinan, sekretaris dituntut menguasai kecakapan perkantoran, mampu diserahi tanggung jawab meskipun hal tersebut dilakukan tanpa pengawasan langsung dari pimpinan, memiliki inisiatif serta mampu menilai keadaan kantor dan mengambil keputusan yang perlu  selama masih dalam area wewenangnya.
            Di samping itu sukses bekerja sama juga dipengaruhi oleh sejauh mana ia mengenal watak pimpinan. Kemampuan bekerja sama dengan orang lain merupakan aset yang berharga, untuk itu dibutuhkan perasaan senang. Perasaan tersebut tergambar dari permukaan wajah yang dapat mempengaruhi yang ada di sekelilingnya.
Dalam hubungan kerjasama peran sekretaris sangat strategis dalam memberikan dukungan semangat kerja pimpinan. Untuk itu sekretaris harus berusha mengenal pimpinannya yang meliputi sifat pimpinan, adat kebiasaan, hobi serta kekuatan dan kelemahannya, cara dan kemajuan kerjanya, apa yang diperlukan untuk pekerjaannya, dsb. Dengan sikap kompromis, proaktif serta asertif, seorang sekretaris akan dapat mengambil peran secara optimal dalam meringankan pekerjaan pimpinan. Sikap positif sebaiknya dikembangkan untuk lebih dapat mengefektifkan peran tersebut, sehingga akan diperoleh hasil yang memuaskan.



C.    Penutup
Ruang lingkup tugas pimpinan atau manajer suatu organisasi atau perusahaan  cukup kompleks, meliputi tugas-tugas kepemimpinan  yang merupakan tugas pokoknya, serta tugas-tugas administratif sebagai penunjang tugas pokoknya tersebut. Pekerjaan administratif atau pekerjaan kantor sebagai partner ideal pekerjaan operatif cukup rumit dan banyak membutuhkan waktu penyelesaian. Dalam kondisi yang demikian manajemen mutlak membutuhkan bantuan staf administratif  yang handal, khususnya sekretaris yang mempunyai keterampilan di bidang kesekretariatan.
            Oleh karena itu, keberadaan sekretaris sangat dibutuhkan untuk membantu dan meringankan tugas pimpinan, dalam arti dapat menunjang kelancaran kerjanya, dan bahkan dapat berfungsi sebagai manajer atau pimpinan suatu unit kerja sekretariat atau kantor.
            Profesi sekretaris cukup prospektif mengingat kesekretariatan sebagai sub system unit kerja organisasi atau perusahaan cenderung diperlukan, apalagi di era persaingan bisnis yang semakin tajam. Agar efektif dan efisien, para menejemen harus terfokus kepada tugas-tugas manajerialnya, dibantu sekretaris yang secara professional menangani pekerjaan administratifnya.
            Untuk menjadi sekretaris juga diperlukan spesifikasi khusus agar nantinya mereka bisa menjasi seorang sekretaris yang profesional, yang tidak hanya pandai dalam bidang kesekretariatan tetapi juga di bidang lain yang masih bersangkutan dengan bidangnya. Juga diperlukan kemampuan interpersonal dalam melakukan pekerjaannya.

Dampak Buruk Menyantap Fast Food

Mungkin banyak di antara kita yang gemar makan pizza, fried chicken dan kentang goreng atau burger ditemani soft drink dingin sambil nonton televisi, pasti rasanya sangat enak dan menyenangkan. Tapi tahukah Anda apa yang terjadi dibalik itu ?

Bila Anda terbiasa mengkonsumsi jenis makanan junk food ini sejak dini, maka semakin sulit untuk mencegah proses degeneratif dan penuaan yang terjadi.
Hal ini dibuktikan oleh para ilmuwan dari Universitas Glasgow yang melakukan percobaan pada sejenis unggas yang dibagi menjadi dua kelompok. Pertama diberi makanan yang kualitasnya tidak layak makan, semacam junk food. Sementara kelompok lainnya diberi makanan dengan takaran sesuai yang dibutuhkan.
Dari studi tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa unggas yang diberi makanan sejenis junk food pada usia dua minggu pertama dalam hidupnya lebih cepat mati. Hal ini karena zat anti penuaan dan antioksidan yang diproduksi tubuhnya hanya bertambah sedikit.
Perlu diketahui bahwa makanan fast food ternyata mengandung garam, lemak & kalori yang tinggi, termasuk kolesterol yang mencapai 70% serta hanya sedikit mengandung serat yang justru sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain kandungan gizinya yang rendah, fast food juga mengandung zat pengawet dan zat adictif yang membuat kita ketagihan. Lemak tinggi yang banyak terdapat dalam makanan cepat saji juga berpengaruh untuk memperbesar risiko terkena kanker, terutama kanker payudara dan usus besar. Makanan cepat saji juga mengandung protein hewaninya yang cukup ‘kaya’, hal ini bisa menyebabkan terhambatnya penyerapan kalsium di dalam tubuh. Kondisi ini dapat merangsang cepatnya terjadi osteoporosis.
Fast food pun menjadi cara cepat bagi kita yang ingin terkena Obesitas. Hal ini dibuktikan oleh Morgan Spurlock yang membuat film berjudul “Super Size Me”. Dalam film tersebut digambarkan bagaimana ia mengkonsumsi fast food setiap hari baik itu saat sarapan, makan siang, dan makan malam dalam waktu 30 hari. Ternyata hasil yang didapat sangat mencengangkan. Morgan Spurlock mengalami kenaikan berat badan yang drastis, perut semakin membuncit, kenaikan kadar gula darah dan kolesterol, tekanan darah yang jauh di atas normal dan 2 kali lebih rentan terkena gagal jantung serta perubahan prilaku.
Makanan fast food memang tergolong banyak diminati sebagian besar orang karena sangat cepat dan mengenyangkan. Apalagi di sekitar lingkungan rumah pun banyak yang menawarkan fast food dengan harga yang sangat murah. Namun Anda juga patut curiga kenapa harga yang ditawarkan begitu murah? Apakah ayam yang dipakai masih fresh atau ayam sakit yang dijual murah ? Jawabannya kembali ke diri Anda masing-masing, mau sehat atau tidak.
Jadi ada baiknya hindarilah atau setidaknya kurangilah makanan fast food sejak dini, karena daerah asal fast food ini, Eropa , sekarang sudah gencar memerangi fast food dan berganti menjadi slow food.

Penyebab dan Penanganan Anemia


Anemia adalah kondisi di mana darah Anda memiliki jumlah sel darah merah di bawah normal. Kurangnya sel darah merah ini biasanya diindikasikan oleh hitungan hemoglobin yang lebih rendah dari normal (lihat tabel).
Hemoglobin adalah unsur utama penyusun sel darah merah yang merupakan protein kaya zat besi dan berfungsi membantu sel darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Bila jumlah hemoglobin Anda sedikit, sel-sel tubuh Anda akan kekurangan oksigen. Anda akan merasa lelah, lemas dan gejala anemia lainnya. Anemia parah dan menahun (kurang dari 5 g/dl) dapat mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain. Anemia yang sangat parah  bahkan dapat menyebabkan kematian.

Gejala

Kadar Hb Normal

Pria dewasa13.5 – 17 g/dl
Wanita dewasa12 – 15 g/dl
Ibu hamil11 – 12 g/dl
Bayi baru lahir14 – 24 g/dl
Anak-anak11 – 16 g/dl
Tubuh yang mengalami anemia akan menunjukkan gejala seperti muka pucat, lelah, kurang energi/lemas, mengantuk, dan sakit kepala. Pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan denyut jantung bertambah cepat, nafas tersengal dan pingsan.

Penyebab

Anemia terutama disebabkan oleh kehilangan darah, kekurangan produksi sel darah merah atau perusakan sel darah merah yang lebih cepat dari normal. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh:
  • Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat dan vitamin C,  unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
    • Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3% pria mengalami kekurangan zat besi.
    • Tidak mengkonsumsi daging (vegetarian) dapat menyebabkan Anda kekurangan vitamin B12, jenis vitamin yang hanya ditemui pada makanan hewani (daging, ikan, telur, susu). Di kalangan non vegetarian, hampir tidak ada yang kekurangan vitamin ini karena cadangannya cukup untuk produksi sel darah sampai lima tahun.
    • Asam folat tersedia pada banyak makanan, namun terutama terdapat di hati dan sayuran hijau mentah.
  • Darah menstruasi berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
  • Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
  • Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis, radang usus buntu,dll dapat menyebabkan anemia.
  • Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, obat anti inflamasi,dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antacid, pil KB, obat anti artritis, dll).
  • Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini bisa menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
  • Penyakit radang kronis seperti lupus, artritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker, dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena memengaruhi proses pembentukan sel darah merah.

Penanganan

  • Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling Anda melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya.
  • Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau intravenal).
  • Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi. Tinja Anda akan berwarna hitam selama perawatan.
  • Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah menyembuhkan penyakitnya.
  • Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah.

Tips

  • Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi disarankan bagi setiap orang, terlebih bagi wanita yang menstruasi atau sedang hamil. Zat besi yang paling mudah diserap bersumber dari daging, ayam dan ikan. Beberapa makanan seperti sayuran, buah-buahan, sereal (yang diperkuat zat besi), telur dan kacang-kacangan juga mengandung zat besi, namun lebih sulit dicerna. Untuk mempermudah penyerapan zat besi, Anda dapat memakannya bersamaan dengan daging, ayam atau ikan atau dengan buah-buahan yang kaya vitamin C.
  • Anda tidak memerlukan suplemen zat besi kecuali direkomendasikan dokter. Suplemen zat besi berdosis tinggi dapat menyebabkan konstipasi dan tinja berwarna hitam. Selain itu, penggunaan suplemen zat besi yang tidak perlu dapat menyembunyikan masalah lain, misalnya perdarahan pada saluran pencernaan.
  • Wanita hamil disarankan mengkonsumsi suplemen makanan sesuai saran dokter, termasuk yang mengandung zat besi dan asam folat untuk mencegah anemia.
  • Mengkonsumsi buah-buahan kaya vitamin C seperti jambu, jeruk, sirsak, pepaya, dan anggur dapat membantu tubuh menyerap zat besi.
  • Menjalani diet vegetarian harus dilakukan dengan bijak karena dapat menyebabkan kekurangan vitamin B12. Vitamin ini sangat penting bagi pembentukan sel-sel tubuh, termasuk sel darah merah. Bila Anda tidak mengkonsumsi makanan hewani, Anda perlu mengambil suplemen vitamin B12.
  • Berhati-hatilah dalam penggunaan aspirin, ibuprofen dan obat anti inflamasi karena dapat menyebabkan iritasi lambung. Bila Anda harus mengkonsumsinya, konsultasikan dengan dokter jika Anda punya riwayat perdarahan lambung. Dokter mungkin akan mengganti dengan obat lain yang sesuai.

Sosialisasi


Berikut ini pengertian sosialisasi menurut para ahli:
a.       Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
b.      Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
c.       Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
d.      Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

Jenis sosialisasi
Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.

  • Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
  • Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
  • Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
  • Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.


Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.
Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

Proses sosialisasi
Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
  • Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
  • Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
  • Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
  • Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.



Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.


Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.

1.      Faktor-faktor Interaksi Sosial
a.       Imitasi
Imitasi adalah proses social atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan atau gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain. Contohnya antara lain:
·         Dalam lingkungan keluarga
Contohnya : cara berbicara, cara berpakaian
·         Dalam lingkungan masyarakat
Contohnya : Gaya rambut dan pakaian. Faktor-faktor yang mempercepat prosesimitasi.
v  media audio visual seperti radio, dan televisi serta media cetak (Koran, majalah).
v   Makin kompleksnya masyarakat dan makin tingginya interaksi social.

b.      Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan oleh seorang individu kepada individu lainnya, sehingga orang yang diberi sugesti melaksanakan apa yang disugestikannya tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional. Sugesti terbentuk berasal dari orang-orang yang memiliki wibawa, kekuasaan, maupun pengaruh besar, dalam lingkungan social. Misalnya ulama, ketua adapt, cendikiawan, sesepuh kampung, dan sebagainya.
Sugesti akan berlangsung cepat atau lambat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
·         Usia
·         Kemampuan intelektual
·         Keadaan fisik
·         Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
·         Kurang bersikap kritis
·         Berpendidikan rendah
·          Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
·         Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.

c.       Identifikasi
d.      Simpati
e.       Empati
f.       Motivasi



Agen sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
  • Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
  • Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
  • Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
  • Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
·         Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
·         Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
·         Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
  • Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

Template by:

Free Blog Templates