Kamis, 19 April 2012

Persepsi dalam Komunikasi Interpersonal



Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi yang tertangkap oleh alat indera. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (partner komunikasi), yang berupa pesan non verbal maupun verbal. Persepsi memiliki peran yang sangat penting karena keberhasilan komunikasi tergantung kecermatan dalam mempersepsi stimuli inderawi sehingga bisa dikatakan bahwa persepsi adalah inti komunikasi.
Sensasi adalah proses menangkap stimuli, selanjutnya agar stimuli itu memiliki makna, pikiran dan perasaan kita melakukan persepsi. Semua penafsiran (mengenai suasana lingkungan, gambar, perilaku orang lain, benda) kita memiliki basis yang sama yakni berdasarkan proses persepsi.
            Manusia memiliki lima (panca) indera bahkan ada yang mengatakan enam yaitu “insting, naluri, nurani”. Semua indera tersebut bekerja secara otomatis. Tanpa di perintah, artinya ketika kita berhadapan sesuatu, terjadi suatu hal maka indera kita segera bekerja mempersepsikan apa yang baru saja terjadi.
            Mempersepsikan sesuatu memang tidak mudah, misalnya saja mempersepsikan seseorang, ketika acara tes wawancara penerimaan pegawai sering terjadi penilaian peserta tes dalam kesimpulan yang berbeda oleh para pewawancaranya, ada yang menominasikan A, ada yang menominasikan yang B, dan seterusnya. Persepsi kita terhadap orang lain seringkali terikat konteks, dengan demikian persepsi dapat bisa, dapat keliru.
            Kadang-kadang kita dihadapkan pada fenomena di mana seseorang sengaja membuka kesempatan di persepsi oleh orang lain misalnya perempuan berusia 60 tahun menyemir rambutnya dan memasang gigi palsu untuk menutupi gigi yang sudah tanggal maka persepsi akan tergiring dengan simpulan bahwa perempuan itu berumur kurang dari 60 tahun atau lebih muda.
            Persepsi menghasilkan makna. Kita tahu bahwa pesan itu terdiri symbol-simbol atau isyarat-isyarat yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul, jika kita mempersepsi dan menafsirkan symbol tersebut.
Contohnya adalah saat lelaki mempersepsi seorang perempuan. Apakah makna kesembilan huruf ini bagi kita? Baiklah, mungkin Anda sepakat bahwa perempuan, itu bermakna sebagai jenis kelamin. Apakah makna sepeda perempuan, kamar mandi perempuan, bibir perempuan? Bagaimana kalau tambah satu kata di belakang kata perempuan: perempuan malam, peempuan murahan, perempuan besi. Silakan dipersepsi, bukankah Anda menemukan makna yang berbeda-beda? Kalau Anda seorang laki-laki kemudian teman Anda mengatakan bahwa Anda seperti perempuan, apa maknanya? Bagaimana respon Anda?
Suatu waktu ada truk pasir dan di belakangnya tertulis persepsi sang pemilik truk yang diungkapkan dalam bahasa jawa, “wong wedok gawe bobrok liyane simbok”. Artinya kurang lebih: perempuan pembawa kehancuran, selain ibu. Jadi ungkapan itu merupakan ekspresi kejengkelan kepada poerempuan. Tetapi tidak sedikit laki-laki yang sangat tergantung kepada perempuan, seperti tersirat dalam syair lagu jawa: “walang kekek mencok neng tenggok, mabur meneh mencok neng kali. Aja ngenyek marang wong wedok, yen ditinggal lunga setengah mati.” Maknanya adalah, sebagai peringatan kepada para lelaki, jangan menyepelekan perempuan, kalau ditinggal pergi, rasanya setengah mati. Jadi dengan contoh ini mengindikasikan, bahwa di mata para lelaki, perempuan itu memiliki makna yang berbeda-beda.
Ketika melakukan persepsi terhadap orang lain, yang kita perlukan adalah kecermatan. Harapannya adalah agar kita dapat mengerti dan memahami orang itu secara benar. Kalau persepsi kita benar, maka hal ini menjadi modal yang penting untuk keberhasilan komunikasi interpersonal.
Indera manusia menangkap stimuli (melakukan sensasi), kemudian stimuli itu dipersepsi sehingga menghasilkan makna. Kalau makna yang dihasilkan benar, maka akan mendukung keberhasilan proses komunikasi. Dengan kata lain, kendala komunikasi dapat berawal dari kekeliruan memberi makna dalam persepsi tersebut.
Dua Jenis Filter
Kemampuan kita untuk menyerap stimuli dengan inderawi terbatas, sehingga kita tidak mungkin dapat mengumpulkan seluruh informasi tentang karakteristik orang lain secara lengkap. Kita mempunyai minat yang berbeda-beda, sehingga yang memperoleh perhatian inderawi juga hanya sesuatu yang kita minati.
Stimuli yang kadang-kadang penting, tidak kita perhatikan karena kita tidak berminat. Misalnya saja kita sedang membaca koran, pada saat yang sama banyak stimuli yang menerpa seperti: anak kita sedang bertengkar, seorang tetangga sedang lewat di depan rumah, televisi menyiarkan berita. Namun perhatian kita hanya terkonsentrasi  pada membaca koran. Stimuli lain diabaikan. Dengan demikian setiap orang hanya memperhatikan sebagian dari stimuli yang tersedia sekaligus mengabaikan stimuli lainnya dengan memanfaatkan filter. Ada dua jenis filter yang dilalui semua masukan atau sensasi: filter fisiologis dan filter psikologis.
Filter fisiologis menunjuk pada kondisi di mana perhatian kita hanya tertuju kepada hal-hal yang menarik indera kita, dalam menangkap objek secara fisik. Penglihatan hanya terfokus memperhatikan yang nampak indah. Pendengaran hanya akrab dengan suara yang lembut, dan sebagainya. Sedangkan filter  psikologis akan membatasi perhatian kita terhadap stimuli yang berkenan dengan pertimbangan psikologis kita, misalnya kita lebih memperhatikan orang yang senasib dengan kita saja.
Gunung Es Karakter Manusia
Karakteristik manusia dapat dikatakan sebagai suatu misteri. Karena sebagian karakter itu ada yang tidak dapat ditangkap dengan indera. Seperti gunung es, yang kelihatan hanya sedikit, sedang tidak kelihatan karena berada di dalam air laut sangat banyak.
Bongkahan gunung es memiliki enam sampai tujuh kali massa di bawah permukaan air lebih banyak daripada di atas. Namun jika kita melihat pada gung es, kita tidak segera menyadari bagian yang tersembunyi. Jika kita mengubah bagian atas dengan memilah segumpal, guning es akan menyesuaikan posisinya di air, dan kemungkinannya adalah beberapa bagian lain akan muncul. Ini sama dengan perilaku dan karakteristik manusia.
Apabila kita ingin mempersepsi orang lain, maka kita akan menghadapi kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat penampilan luarnya saja: pakaiannya, aksesoris, dan fisiknya. Kita hanya mendengar yang diucapkannya, padahal ada pepatah “lain di mulut lain di hati”. Jadi menafsirkan perilaku orang lain itu, seperti halnya kita menghadapi gunung es, bahwa hal yang kelihatan dari orang lain itu relatif lebih sedikit dibandingkan denga hal hal yang tidak kelihatan. Hal yang kelihatan tersebut antara lain: pakaian, aksesoris, dandanan, potongan rambut, bahasa, postur tubuh, apa yang diucapkan, apa yang dilakukan. Hal yang tidak kelihatan sangat banyak: harapan, norma, stratifikasi, keyakinan, motivasi, moralitas, keberhasilan, kepuasan, dan sebagainya.
Mempersepsi karakteristik seseorang akan berhadapan dengan aspek fisik dan mental, lahiriah dan batiniah, jasmani dan rohani, sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan. Oleh karena itu mempersepsi orang jauh lebih sulit daripada mempersepsi objek (benda).
Mempersepsi objek
Mempersepsi manusia
Stimuli ditangkap oleh indera
Tidak seluruh stimuli dapat ditangkap oleh indera
Hanya menanggapai sifat-sifat luarnya saja
Harus memahami apa yang tidak tampak dan tidak tertangkap oleh indera
Ketika ditafsir, objek diam (tidak bereaksi)
Bereaksi secara dinamis ketika ditafsirkan. Reaksi itu dapat mengelabui dan membelokkan ketepatan dan kecermatan persepsi

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates