Kita tidak dapat membayangkan jika kehidupan manusia tidak berada
dalam masyarakat (sosial). Karena manusia adalah makhluk sosial, mereka
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia membutuhkan
orang lain untuk bisa bertahan hidup (survive). Kesalingketergantungan
itu akan menjadikan suatu kerja sama yang bersifat tetap dan
menghasilkan bentuk masyarakat tertentu.
Secara keilmuan, terdapat banyak teori tentang masyarakat maupun
sosial. Sebelum lahirnya teori-teori sosial raksasa, seperti Thomas
Hobbes (yang dikenal dengan teori individualisme instrumental dengan
diktumnya homo homini lupus), Adam Smith yang dikenal teori sistem sosial dengan invisible hand-nya
tentang system yang terintegrasi, Karl Marx yang dikenal dengan teori
konflik dan kekuasaan, Durkheim yang dikenal dengan teori struktur dan
fungsi, Max Weber yang dikenal dengan teori tindakan sosial dan
birokrasi rasional, serta Alfred Schutz yang dikenal dengan pendekatan
fenomenologisnya(Campbell, 1994:61-231).
Mereka semua telah memberikan kontribusi yang bermakna
dalam memahami, apa itu manusia dan apa itu masyarakat manusia? Karena
hingga sekarang tidak ada teori sosial yang disetujui bersama.
Konsep kita mengenai sosial(masyarakat) pun mendasar bagi
pemahaman diri kita sendiri. Dengan kata-kata Aristoteles, manusia
adalah seekor hewan sosial, yakni bahwa ia tidak bisa hidup terus di
luar sebuah kelompok sosial, tetapi apakah kita tergantung pada
masyarakat kita hanya sebagai dukungan dari luar untuk pemeliharaan
kehidupan pribadi kita, ataukah kita tidak memiliki kehidupan lepas dari
hubungan-hubungan social kita? Bagaimana kita menjawab pertanyaan
tersebut tidak lepas dari gambaran yang kita miliki tentang masyarakat atau sosial(Campbell, 1994:7).
Istilah sosial (social dalam bahasa Inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah Departemen Sosial,
jelas keduanya mailiki arti yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto
(1993: 464) istilah sosial pun berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.
Secara keilmuan, masyarakat yang menjadi objek kajian
ilmu-ilmu sosial, dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari
berbagai segi. Dilihat dari segi ekonomi, akan membahas tentang
usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya dari
bahan-bahan yang terbatas ketersediaannya. Sedangkan dari segi politik,
berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat. Berbeda dengan
psikologi sosial, yang pada hakikatnya mempelajari perilaku manusia
sebagai individu secara sosial. Selain itu terdapat antropologi budaya
yang lebih menekankan pada masyarakat dan kebudayaannya, dan begitu
seterusnya untuk ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti geografi sosial,
sejarah, maupun sosiologi.
Istilah ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiolog Jerman dan penulis buku Class and Class Conflict in Industrial Society
yang dikenal sebagai pencetus Teori Konflik Non-Marxis, merupakan suatu
konsep yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik
yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Ilmu-ilmu sosial,
mungkin istilah tersebut merupakan bentuk yang lebih tepat. Ilmu-ilmu
sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi
sosial, politik, bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu
humaniora (Dahrendorf, 2000: 999).
Istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat diterima di tengah-tengah kalangan akademisi. Sciences Sociale dan Sizialwissenschaften adalah
istilah-istilah yang lebih mengena, meski keduanya juga membuat
“menderita” karena diinterpretasikan terlalu luas maupun terlalu sempit
(Dahrendorf, 2000: 1000). Ironisnya, ilmu sosial yang dimaksud sering
hanya untuk mendefinisikan sosiologi, atau hanya teori sosial sintetis.
Berjalannya waktu tidak banyak membantu dalam
mengusahakan diterimanya konsep itu. Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari dari
filsafat moral. Di kalangan filsuf moral Skotlandia, kajian ekonomi
politik selalu diikuti oleh kajian isu-isu sosial yang lebih luas, meski
tidak disebut sebagai ilmu sosial. Comte menyebutnya science social,
dari Charles Fourier (1808), untuk mendeskripsikan keunggulan disiplin
sintetis dari bangunan ilmu. Sedikitpun ia tidak ragu bahwa metode ilmu
sosial sama sekali tidak berbeda dengan ilmu-ilmu alam.
Ternyata penggunaan metode ilmu sosial yang digagas oleh
Comte tersebut cukup mengaburkan gambaran metodologis tentang ilmu-ilmu
sosial. Sistem sosial memiliki empat subsistem, yakni ekonomi, politik,
budaya, dan system integratif. Dengan demikian, ekonomi, ilmu politik,
kajian budaya, dan integrasi sosial (sosiologi) merupakan disiplin yang
berhubungan dan interdependen. Turunan dari sistem sosial, yakni semua
subsistem tersebut memerlukan analisis yang serupa.
Pandangan beberapa ahli tentang ilmu-ilmu sosial, tidak
sepesimis Ralf Dahrendorf, namun ia pun tetap kritis terhadap
pandangan-pandangan yang menyeret ilmu sosial. Untuk ilmu kealaman
(sains) yang kemudian sering didefinisikan sebagai pencarian hukum-hukum
mengenai alam yang tetap benar, mengatasi segala ruang dan waktu
(Wallerstein, 1997: 4). Sedangkan untuk ilmu-ilmu sosial, Wallerstein
lebih menekankan pada suatu perilaku sosial yang menekankan jauh
melebihi kearifan secara turun-temurun dan merupakan hasil deduksi dari
padatnya pengalaman hidup manusia sepanjang zaman.
LUAS LINGKUP ILMU-ILMU SOSIAL
Mengenai luas lingkup ilmu-ilmu sosial, sampai sekarang
ini para ahli sebenarnya tidak ada kesepakatan yang bulat. Wallerstein
(1997: 2) mengelompokkan beberapa disiplin ilmu yang dikategorikan
sebagai ilmu sosial itu adalah sosiologi, antropologi, geografi,
ekonomi, sejarah, psikologi, hukum, dan ilmu politik.Brown dalam
karyanya yang berjudul Explanation in Social Sciences(1972)
bahwa yang termasuk dalam paket ilmu sosial meliputi sosiologi,
antroplogi, ekonomi, sejarah, demografi, ilmu politik, dan psikologi.
Meskipun beda, tetapi semuanya mengarah kepada pemahaman yang sama
bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas
sosial dalam kehidupan bersama. Dalam perkembangannya, berbagai
spesialisasi disiplin ilmu-ilmu sosial tumbuh meningkat, seperti ilmu
komunikasi, studi gender, ilmu perbandingan agama, dan sebagainya
(Sairin, 2006: 33). Adapun nama-nama itu sebagaimana akan didiskusikan,
terutama mulanyaada beberapa disiplin ilmu sosial, yaitu ilmu sejarah, ilmu ekonomi, sosiologi dan ilmu politik (Wallerstein, 1997: 22).
- Sosiologi
b. Antropologi
Seperti halnya sosiologi, terdapat beberapa pengertian tentang antropologi. Isinya meliputi archeology, antrologi ragawi,sejarah kebudayaan, beberapa bagian linguistic serta berbagai kajian tentang berbagai aspek kemanusiaan. Antropologi memiliki keterkaitan dengan ilmu pengetahuan alam, khususnya biologi(Spencer, 1982). Subjek antropologi adalah budaya dengan berbagai sistem simbulnya, meliputi bahasa dan kepercayaan.
c. Psikologi
Psikologi sering disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang diri manusia, meliputi proses mental, kemauan, mental, kecerdasan, dan emosional. Semuanya bukan hanya dipengaruhi oleh proses kejiwaan, namun juga oleh warisan biologi dan lingkungan (Spencer, 1982).
d. Ilmu Politik
Sekitar 30 atau 40 tahun yang lalu, ilmu politik selalu menekankan pada upaya bagaimana menjadikan pemerintahan itu stabil dan lebih efisien, tetapi saat ini telah berubah kea rah menuju politik social, artinya saat ini lebih menekankan kepada tingkah laku politik suatu golongan masyarakat, latar belakang sosial politik, dan bagaimana kesadaran politik timbul dari suatu kelompok masyarakat (Spencer, 1982).
e. Ilmu Sejarah
Setiap orang tentu memahami tentang sejarah merupakan kajian masa lampau. Dengan ilmu sejarah diharapkan dapat menghadirkan kembali peristiwa masa lampau secara hidup dan benar. Ilmu sejarah berbeda dengan ilmu sosial lain, karena dalam sejarah bukan mencari generalisasi suatu peristiwa melainkan hendak mencatat secara detail, menggambarkan seolah-olah cerita itu terulang lagi untuk kita hayati.
f. Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi lebih menekankan kepada faktor produksi dan distribusi barang serta jasa. Sajian yang lain dari ilmu ekonomi adalah untuk menganalisis arah pertumbuhan keuangan dan kaitannya dengan harga. Banyak pula ahli ekonomi yang memusatkan perhatiannyakepada ketenagakerjaan serta kesejahteraan yang dapat dicapai oleh setiap individu.
- Geografi
SUMBANGAN ILMU SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Sumbangan ilmu sosial terhadap masyarakat sangatlah banyak. Seperti telah dibahas pada konsep dasar ilmu sosial, bahwa kehidupan manusia berada dalam masyarakat. Karena setiap individu tidak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Dari istilah itu saja kita dapat mengerti bahwa ilmu sosial telah memiliki keterkaitan dengan masyarakat dari hal sekecil itu. Kemudian berkembang dengan hal-hal yang lebih kompleks.
Dalam kehidupannya, manusia mengalami berbagai proses-proses sosial, yaitu interaksi sosial. Bahkan beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa interaksi sosial tersebut merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan secara perorangan, antar kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia (Gilin dan Gilin, 1954: 489: Soekanto, 1986: 51).
Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial yang didasarkan pada berbagai faktor, dan menurut Soekanto (1986: 52) disebabkan melalui imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan yang bergabung.
Dalam terjadinya interaksi sosial harus melalui adanya kontak sosial dan komunikasi. Sebab semua itu tidak sekadar tergantung dari tindakan, melainkan juga adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut, baik negatif maupun positif.
Peran ilmu sosial juga mengacu pada berbagai bidang dan aspek. Di antaranya, dalam sosiologi, sumbangannya terhadap ilmu sosial adalah dapat dengan jelas menganalisis interelasi dan interaksi sosial, kemudian ada antropologi, psikologi, ilmu politik, ilmu sejarah, ilmu ekonomi, dan geografi.
Ilmu sosial sangat mempengaruhi bagaimana proses kehidupan manusia berlangsung. Karena tanpa adanya peranan ilmu sosial, manusia tidak dapat saling berinteraksi dengan makhluk lain, dan tidak dapat mengaitkannya dengan berbagai ilmu yang lain.
Kesimpulan : Ilmu sosial lahir karena manusia tidak dapat hidup sendiri, dan mereka membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup dan hidup sebagai manusia. Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupannya manusia sangat dipengaruhi oleh ilmu sosial, tentang bagaimana proses kehidupan manusia berlangsung. Manusia membutuhkan kontak sosial dalam bentuk interaksi sosial yang terdiri dari imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Ilmu sosial juga memiliki ruang lingkup dalam ilmu-ilmu lain, di antaranya sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu politik, ilmu sejarah, ilmu ekonomi, dan geografi.
1 komentar:
Casino Roll - Games - Casino Roll
Games. A fun and exciting casino iwant2makethat.com game. Play 먹튀재판소 Slots 실시간 바카라 and Live Casino games, 탱글 다희 성인 방송 Poker, Blackjack, Roulette and Live 꽁 머니 토토 사이트 dealer table games.
Posting Komentar